Catatan ini saya dedikasikan kepada para mahasiswa yang sedang berjuang menyelesaikan studinya di tengah berbagai problem berat yg menghadang…

Kebanyakan dari kita melihat problem-problem belajar di universitas simply sebagai problem-problem akademis. Tugas yang menumpuk, ujian yang sulit, dosen yang sulit ditemui, dsb. Problem-problem itu terkadang memang berat, tapi bagaimanapun itu selalu ada solusi yang relatif mudah. Tugas yg menumpuk bisa diatasi dng manajemen waktu yang baik. Ujian yg sulit menjadi mudah kalau rajin belajar. Dosen sibuk bisa ditunggui dengan sabar.

Kadang kita tidak sadar ada sebagian mahasiswa yang mengalami problem yang lebih berat. Saya katakan lebih berat karena problem-problem yang mereka hadapi biasanya lebih “akut” dan berjangka panjang, serta bersifat “sistemik” (maksudnya, bisa menyebabkan efek domino dan menciptakan problem-problem lain, termasuk problem akademik). Faktor gangguan kesehatan, kondisi ekonomi, dan ketidakstabilan mental/psikologis adalah beberapa contoh problem non-akademis yang sering muncul di kampus. Efeknya, mahasiswa akan melihat problem yang bertumpuk-tumpuk, saling terkait, dan seolah tidak ada ujung pangkalnya sehingga sulit mencari solusinya. Kadang-kadang mahasiswa tidak kuat menahan beban seberat ini, dan akhirnya kolaps. Mereka jatuh dan tidak bisa bangun lagi. Mereka gagal.

Pertanyaan bagi mahasiswa: jika anda gagal menyelesaikan studi, siapa yang rugi? Banyak. Dari mulai anda sendiri, keluarga, sampai bangsa (katanya generasi muda adalah tulang punggung kemajuan bangsa). Karena itu, janganlah sampai gagal menyelesaikan studi. Problem harus anda selesaikan, jangan sampai menggagalkan sekolah.

Bagaimana menyelesaikan problem yang bertumpuk? Memang tidak mudah. Yang jelas, problem besar harus diurai menjadi problem-problem yg lebih kecil, baru dicari solusinya satu-persatu. Inipun mungkin masih anda rasakan berat, karena itu, mintalah bantuan orang lain. Hubungi orang tua, teman, dosen, atau siapapun yang menurut anda bisa membantu. Jangan memaksa diri untuk menyelesaikannya sendiri. Jika tidak kuat, malah bisa menjadi frustrasi dan menambah problem.

Untuk mendapatkan bantuan dari orang lain, perlu komunikasi yang baik. Buatlah pihak lain mengerti problem yang dihadapi, sehingga mereka bisa membantu dengan tepat. Komunikasikan problem anda sedini mungkin, sehingga bantuan bisa diberikan secara lebih optimal. Jangan menunggu sampai detik-detik terakhir. Tapi yang paling penting, sebelum anda minta bantuan orang lain, mantapkan niat dan motivasi dalam diri untuk melangkah terus, siap menghadapi semua rintangan yang ada.

Meminta bantuan kadang memang tidak mudah. Ada pride (kebanggaan atau harga diri) yang mungkin terusik kalau dibantu oleh banyak pihak. Tapi cobalah berpikir secara lebih panjang. Jika dengan bantuan itu anda bisa terbebas dari problem, anda bisa menyelesaikan tugas-tugas anda. Pada gilirannya anda juga bisa menolong orang lain, dan akhirnya bisa berkarya dan memberikan kontribusi yang lebih besar. Bukankah ini tujuan Tuhan memerintahkan manusia untuk saling tolong: dalam rangka mencapai kebaikan bersama…

Jadi…tetaplah semangat jika anda mengalami masalah yang berat. Tetaplah optimis. Sekiranya anda merasa semua jalan sudah tertutup, jangan hilangkan keyakinan bahwa selalu ada jalan keluar. Mungkin bukan anda yang menemukannya, tapi orang lain yang membantu anda.

Semoga Tuhan melapangkan dan mempermudah jalan anda, dan semoga sukses dengan studinya… 🙂

Bagi para mahasiswa saya, bantulah teman-teman anda yang sedang mengalami kesulitan, semampu anda. Jika anda tidak mampu, beritahu saya atau pengurus jurusan yang lain agar kami bisa membantunya. Mari kita wujudkan suasana saling bantu yang harmonis. InsyaAllah ini akan memberikan buah yang manis bagi kita semua di kemudian hari…