Sebentar lagi ujian akan dimulai, dan para mahasiswapun akan berjuang untuk menjawab soal-soal yang diberikan oleh para dosen. Kali ini saya akan menulis tips menjawab soal-soal essay. Soal essay biasanya bertipe terbuka, artinya tidak ada satu jawaban tunggal yang bersifat mutlak benar, sehingga kebenaran jawaban sangat ditentukan oleh kebenaran substansi/konsep yang digunakan dan argumentasi/penjelasan yang disampaikan.

Dalam kuliah-kuliah saya, hampir semua soal ujian berbentuk essay. Mengapa saya sering memberikan soal berbentuk essay? Karena 1) semua kuliah saya saat ini banyak bersentuhan dengan aspek non-eksakta, dan yang lebih penting lagi, 2) saya ingin melihat seberapa holistik pemahaman mahasiswa terhadap ide/konsep yang ada di balik soal yang saya berikan.

Saya melihat tingkat keutuhan pemahaman terhadap suatu ide/konsep/teori dari beberapa hal: 1) pengetahuan ide/konsep tersebut, 2) kemampuan mengaitkan ide/konsep yang ditanyakan dengan konsep-konsep lain yang terkait langsung, dan 3) kemampuan membangun argumentasi menggunakan konsep-konsep tersebut sehingga membentuk suatu kesatuan logika yang utuh dan runtut. Keutuhan pemahaman lebih penting bagi saya, sehingga pada umumnya soal-soal ujian saya selalu bertipe open book dan open access (laptop/tablet/internet). Mahasiswa dipersilakan untuk mencari dan mengakses sumber daya apapun, asal tidak berbuat curang.

Mari kita lihat contoh soal berikut ini. Soal ini saya berikan saat UTS di program S2 CIO semester ini.

Menurut definisi e-government oleh Bank Dunia, TIK digunakan untuk mencapai tujuan pembangunan melalui tahapan transformasi relasi antara pemerintah dan segenap elemen masyarakat. Mengapa usaha mencapai tujuan tersebut harus melalui tahapan transformasi relasi ini, dan tidak bisa langsung ke tujuan pembangunan itu sendiri?

Bagaimana harapan saya terhadap jawaban untuk soal di atas?

Pertama, mahasiswa perlu tahu, apa tujuan pembangunan yang disebutkan dalam konsep e-government menurut Bank Dunia. Dalam referensi, tujuan ini dinyatakan sebagai “meningkatkan pemberdayaan masyarakat, pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas, dan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan”. Mahasiswa juga perlu memahami apa makna “transformasi relasi” dalam e-government. Dalam literatur, “transformasi relasi” adalah perubahan cara pandang, sikap, dan cara berinteraksi serta berkomunikasi. Jadi dalam contoh soal saya di atas, mahasiswa perlu memahami bahwa untuk mencapai tujuan pembangunan, pemerintah perlu mengubah cara pandangnya, sikapnya, dan cara berinteraksinya dengan elemen-elemen masyarakat (termasuk dunia usaha).

Dan inti dari soal saya di atas adalah: “mengapa harus melalui tahapan transformasi relasi ini”

Untuk dapat menjawab dengan baik, selanjutnya mahasiswa perlu memahami beberapa konsep lain, dalam hal ini adalah rangkaian proses e-government dan tahapan-tahapan yang menyusunnya. Definisi e-government menurut Bank Dunia adalah ”government-owned or operated systems of information and communications technologies (ICTs) that transform relations with citizens, the private sector and/or other government agencies so as to promote citizen empowerment, improve service delivery, strengthen accountability, increase transparency, or improve government efficiency”. Artinya, ada dua tahapan proses yang harus dijalani sebelum tujuan pembangunan dapat dicapai: penggunaan TIK dan transformasi relasi. Mahasiswa perlu memahami apa keterkaitan antara penggunaan TIK, transformasi relasi, dan tujuan pembangunan.

Nah, di sinilah sebenarnya kunci dari jawaban soal di atas. Mahasiswa perlu memahami tentang fakta-fakta terkait dengan penggunaan TIK dalam konteks e-government, dan mengaitkannya dengan pencapaian tujuan pembangunan. Faktanya adalah TIK berpotensi besar untuk mendukung berbagai program pembangunan, tetapi banyak penggunaan TIK yang tidak optimal karena dijalankan dalam proses-proses birokrasi yang tidak berpihak pada kepentingan publik. Meskipun sudah menggunakan TIK, tetapi tetap saja masyarakat belum bisa diberdayakan, pelayanan publik masih buruk, dan transparansi & akuntabilitas belum terlihat. Ketidakberhasilan mewujudkan tujuan pembangunan ini bukan karena salah TIKnya, tetapi karena TIK diimplementasikan dalam kerangka yang keliru. Dalam situasi seperti inilah transformasi relasi menjadi penting. Pemanfaatan TIK harus dijalankan dalam suatu lingkungan yang kondusif terhadap kepentingan publik, dan agar lingkungan tersebut dapat terbentuk, cara pandang, sikap, dan cara berinteraksi pemerintah terhadap masyarakat harus diubah pula.

Setelah argumen tentang perlunya transformasi relasi terbangun, langkah selanjutnya adalah menyusunnya dalam kalimat-kalimat jawaban, yang kira-kira bunyinya seperti berikut ini.

Secara umum, e-government adalah pemanfaatan TIK dalam penyelenggaraan pemerintahan untuk mencapai tujuan pembangunan. TIK berpotensi besar dalam mendukung program-program pembangunan yang melibatkan baik pemerintah maupun masyarakat, tetapi faktanya banyak implementasi TIK yang tidak memberi dampak yang berarti karena TIK dijalankan dalam proses-proses birokrasi dan layanan publik yang belum menunjukkan relasi yang harmonis antara pemerintah dan masyarakat.

Transformasi relasi diperlukan untuk membangun cara pandang, sikap, dan cara berinteraksi yang lebih baik dari pemerintah terhadap berbagai elemen masyarakat. Relasi yang harmonis ini akan mewujudkan suatu lingkungan yang kondusif bagi implementasi TIK dalam mendukung program-program pembangunan secara optimal.

Jawaban yang padat, runtut, dan argumentatif seperti inilah yang saya harapkan. Bandingkan dengan jawaban berikut ini.

TIK digunakan untuk mencapai tujuan pembangunan melalui tahapan transformasi relasi antara pemerintah dan segenap elemen masyarakat. Namun tidak bisa langsung ke pencapaian tujuan, hal ini disebabkan karena layanan masih bersifat konservatif. Cara pandang atau paradigma masih menganut paradigma lama. Pengadaan infrastruktur/implementasi TIK mudah, tetapi mengubah cara pandang itu sulit. Perlu adanya transformasi relasi. Perlu adanya kesamaan pemahaman keserempakan tindak dan keterpaduan langkah dari seluruh unsur kelembagaan pemerintah. Perlu adanya keselarasan TI dengan organisasi birokrasi yang dapat ditempuh dengan reformasi birokrasi, reengineering proses bisnis dalam rangka pemanfaatan TIK secara optimal.

Sepertinya mudah untuk menjawab soal essay, tetapi kenyataannya banyak jawaban yang tidak bisa memenuhi harapan saya. Kelemahan utama yang sering muncul adalah: 1) kurang memahami substansi konsep yang ditanyakan, 2) argumentasi tidak kuat, dan 3) jawaban tidak runtut (alur jawaban berputar-putar atau berpanjang lebar).

Jadi sekali lagi, faktor-faktor penting dalam menjawab soal essay adalah:

  1. Pahami pertanyaannya. Kadang jawaban yang diberikan meleset karena mahasiswa salah memahami pertanyaan.
  2. Kuasai substansi topik yang ditanyakan. Ujian open book tidak berarti tidak perlu belajar. Kemudahan untuk membaca catatan atau referensi lain saat ujian hanya bermanfaat untuk crosscheck atau melengkapi sesuatu yang kurang, BUKAN untuk membangun pemahaman. Pemahaman tidak bisa dibentuk secara instan, apalagi hanya  dengan membaca catatan selama ujian berlangsung.
  3. Bangun argumentasi yang logis. Setelah kebenaran tentang konsep yang digunakan, argumentasi jawaban inilah yang paling menentukan. Kekuatan argumentasi menentukan tingkat keutuhan pemahaman terhadap topik yang ditanyakan.
  4. Tulislah jawaban secara runtut. Jawaban yang runtut akan memudahkan dosen dalam memahami alur pikir mahasiswa.

Menjawab soal essay dengan benar baik memang tidak mudah. Pikiran kita perlu dilatih untuk bekerja secara runtut dan argumentatif. Melatih pikiran tentu saja memerlukan waktu dan konsistensi. Tidak mudah, tetapi hasilnya amat bermanfaat. Cara berpikir yang runtut, sistematis, dan argumentatif tidak hanya berguna untuk menjawab soal-soal ujian saja, tetapi akan kita bawa sampai kapanpun, di manapun, dan dalam tugas apapun.

Pada akhirnya, cara berpikir kita akan menunjukkan siapa kita…