Meskipun dalam acara pelepasan wisuda saya tidak lagi berdiri di depan untuk memberikan sambutan dalam acara pelepasan wisudawan/wisudawati, tapi ijinkan saya untuk tetap memberikan inspirasi sebagai bekal untuk menempuh tahapan kehidupan Anda selanjutnya. Keinginan menginspirasi ini juga dipicu oleh curhat seorang mahasiswa bimbingan saya yang merasa hidupnya agak messed up karena apapun yang dia kerjakan selalu berujung pada kekacauan dan kegagalan. Dan beberapa waktu yang lalu  saat browsing saya menemukan sebuah tulisan singkat yang mungkin bisa menginspirasi. Saya sadur di sini dan sedikit memodifikasinya agar lebih mudah dipahami.

[begin of story]

Alkisah ada seseorang yang dianggap sangat pintar, begitu pintarnya sehingga dikatakan dia bisa menjawab apapun pertanyaan yang diajukan kepadanya. Suatu hari ada seorang anak yang mendengar berita tentang kehebatan orang ini, dan dia berniat mengujinya.

Dia lalu menangkap seekor anak burung yang masih kecil, lalu pergi ke rumah orang pandai itu. Sambil menggenggam anak burung tadi, dia bertanya kepada si orang pintar.

“Pak, coba tebak, apakah seekor burung di tanganku ini dalam keadaan hidup atau mati?”

Mendengar pertanyaan itu, si orang pandai tersenyum lalu menjawab,”Nak..jika kujawab burung itu hidup, maka engkau akan meremasnya sampai mati untuk membuktikan bahwa jawabanku salah. Sebaliknya jika kujawab burung itu mati, maka kau buka tanganmu dan melepaskannya, juga untuk membuktikan bahwa jawabanku salah.”

Si anak menjadi speechless mendengar jawaban si orang pandai itu, yang kemudian melanjutkan kata-katanya.

“Lihatlah nak, tanganmu itu begitu berkuasanya, ia bisa menentukan hidup dan mati. Dan itu sepenuhnya adalah pilihanmu…”

[end of story]

Anda, para mahasiswa, ibaratnya si anak dalam cerita di atas. Di tangan anda tergenggam benih-benih kesuksesan. Anda punya pengetahuan, pengalaman, prestasi, dan berbagai potensi besar lainnya. Dan anda juga punya kewenangan penuh untuk menentukan pilihan yang sangat penting: akan anda apakan potensi besar itu. Mau digunakan untuk hal-hal positif bisa, dipakai untuk menyusuri jalan yang gelap juga bisa.

Banyak mahasiswa yang memiliki kelebihan tertentu. Mahasiswa hacker misalnya, bisa menggunakan kemampuan hackingnya untuk merusak situs web orang lain, atau sebaliknya membantu orang lain untuk memperkuat keamanan situsnya. Seorang gamer sejati misalnya, bisa menenggelamkan diri pada dunia game online sehingga lupa belajar dan istirahat, atau membantu menciptakan game-game baru yang bermanfaat. Pilihan-pilihan itu sama-sama menentukan jalan hidup anda selanjutnya. Mana yang dipilih, itu sepenuhnya kewenangan anda.

Kadang-kadang opsi pilihan yang muncul tidaklah hitam-putih tapi abu-abu. Kadang pilihannya bukan tentang hidup dan mati, atau baik dan buruk, tapi tetap saja sangat penting. Sering kali kontras antara opsi-opsi yang ada tidak jelas, sehingga tidak mudah pula untuk memutuskan, tetapi pada akhirnya pilihan harus tetap diambil. Contoh: memilih konsentrasi penuh untuk kuliah, atau kuliah sambil bekerja. Opsi kedua kadang menjadi penting saat biaya kuliah menjadi kendala. Contoh lain: setelah lulus mau bekerja di mana. Sering kali tidak mudah untuk menentukan tempat kerja, perusahaan atau kantor, atau bahkan profesi yang akan digeluti. Hal-hal seperti ini biasanya membuat bingung, apa lagi jika dipikirkan dalam kondisi yang kemrungsung, emosional, atau tertekan.

Kalau mengalami kesulitan seperti di atas, kepada siapa kita bisa bertanya. Saran saya, bertanyalah kepada si orang pandai dalam cerita di atas. By the way, siapa orang pandai itu? Ia adalah hati nurani anda. Dia tidak pernah berbohong dan selalu akan bisa menjawab pertanyaan dan problem anda, apapun itu. Dalam tingkat yang paling murni, ia adalah representasi Tuhan. Tuhan selalu senang jika ditanya hambanya, dan Tuhan pasti akan memberikan jawaban terbaik…

Oh…ada satu syarat untuk bisa mendapatkan jawaban yang benar. Syaratnya adalah bahwa kita harus jujur terhadap diri sendiri. Jangan bertanya dengan niat menguji seperti pada cerita di atas. Jangan bertanya untuk mendapatkan pembenaran atas pendapat yang dipegang. Bertanyalah secara tulus dan murni, secara genuine. InsyaAllah jawabannya juga akan genuine.

Jujur pada diri sendiri itu sulit lho. Sulit sekali. Mengapa sulit? Karena biasanya pikiran kita sering diikuti oleh kepentingan-kepentingan nafsu rendah yang bermanifestasi dalam bentuk egoisme, prasangka, dan sebagainya. Nafsu rendah itu sering membonceng, mengotori, dan akhirnya menutupi kemurnian hati nurani kita. Parahnya, kita sering tidak sadar telah diboncengi karena kita terbiasa bergelimang dengan nafsu-nafsu tersebut. Akibatnya kita tidak bisa mendapatkan jawaban yang murni pula.

Last but not least, sekali pilihan diambil, konsistenlah dengan itu. Bahwa di belakang pasti akan muncul konsekuensi-konsekuensi yang mungkin tidak menyenangkan, semua itu juga harus dijalani dengan lapang dan ikhlas. Tidak ada hidup yang sepenuhnya mulus, tapi setiap rintangan yang muncul selalu memiliki hikmah yang berguna. Tidak ada sesuatupun yang sia-sia dalam hidup ini. Tinggal bagaimana kita menyikapinya.

So…make your choice, guys. Semoga berhasil dengan pilihan anda, apapun itu…

*dedicated to my students*