Baru-baru ini dosen di Indonesia dihebohkan oleh instruksi dari Ditendik, Dikti untuk mengisi form online Sistem Informasi Pengembangan Karir Dosen (SIPKD). Kalau mendengar dan membaca komentar para dosen, kehebohan ini disebabkan karena persoalan-persoalan yang menyangkut 3 perkara: 1) kebijakan Dikti, 2) aplikasi SIPKD, dan 3) implementasi SIPKD.
Sebentar lagi ujian akan dimulai, dan para mahasiswapun akan berjuang untuk menjawab soal-soal yang diberikan oleh para dosen. Kali ini saya akan menulis tips menjawab soal-soal essay. Soal essay biasanya bertipe terbuka, artinya tidak ada satu jawaban tunggal yang bersifat mutlak benar, sehingga kebenaran jawaban sangat ditentukan oleh kebenaran substansi/konsep yang digunakan dan argumentasi/penjelasan yang disampaikan. Read the rest of this entry »
Malam minggu kemarin, seperti beberapa kali sebelumnya, saya diajak nonton bareng oleh mahasiswa-mahasiswa saya. Biasanya kami nonton dalam jumlah banyak, sekitar 10-15 orang, bahkan pernah sekali waktu rombongannya berjumlah 32 orang. Yang berbeda kali ini adalah yang mengajak. Kalau dulu yang sering mengajak adalah mahasiswa S1, akhir-akhir ini justru mahasiswa S2 dan S3, khususnya yang berasal dari Lab Aplikasi Terdistribusi dan Jaringan Komputer. Geng Jarkom, begitu kelompok ini dikenal.
Menjadi guru besar (profesor) pastilah menjadi idaman banyak dosen. Selain statusnya yang memang keren, secara finansialpun jabatan akademik ini menjanjikan kemapanan. Meskipun persyaratan menjadi profesor semakin hari semakin berat, tetap saja jabatan ini menjadi cita-cita sebagian besar dosen.
Dalam tulisan pertama, saya menuliskan tentang penyebab pertama mengapa orang sulit untuk berubah: kegagalan melihat perlunya berubah, meski sudah paham di depannya menghadang bahaya (atau ada peluang yang sebenarnya bisa dimanfaatkan). Ketidakmampuan melihat urgensi perubahan ini disebabkan oleh mindset atau mental map yang berlaku pada masa lalu yang terbukti berhasil. Mental map ini cenderung “menarik” kita untuk bertahan pada cara pandang yang lama, meski sebenarnya kita tahu bahwa pandangan itu keliru.
Hari-hari ini sedang musim pendaftaran mahasiswa S3. Banyak yang galau, bingung menemukan topik penelitiannya. Banyak yang mengusulkan topik “pengembangan sistem X menggunakan teknologi Y dan Z” (atau sejenisnya). Memang sistem X adalah sebuah sistem yang baru (belum pernah dibuat sebelumnya), tetapi kebaruan (novelty) yang diharapkan dari riset S3 bukanlah dalam bentuk implementasi. Pekerjaan mengimplementasikan itu memang tidak ringan, menuntut pikiran, waktu, dan tenaga, tapi riset S3 menuntut sesuatu yang lebih fundamental, lebih mendasar.
Coba bandingkan dengan topik berikut: bisakah membuat program komputer untuk mengukur panjang sisi-sisi sebuah lingkaran?
Hari-hari ini saya banyak membaca status beberapa mahasiswa yang banyak mengeluhkan tentang terjebaknya mereka dalam posisi ‘deadliner’ (selalu mengerjakan tugas-tugasnya saat menjelang deadline) dan ketidakmampuan mereka untuk keluar dari situasi itu. Kebetulan minggu kemarin saya memberi kuliah tentang e-Government, dan pada sesi terakhir saya memberi materi tentang bagaimana menjalankan perubahan strategis di organisasi.
Hari Jumat yang lalu saya sempat bertemu dengan salah seorang Direktur PT Unilever Indonesia yang akan memberikan kuliah umum tentang leadership untuk mahasiswa. Dalam diskusi kami, beliau menanyakan,”Apa sih yang diinginkan oleh mahasiswa sekarang ini?”. Maksud dari pertanyaan itu adalah bahwa PT Unilever ingin memahami keinginan dan jalan berpikir mahasiswa agar mereka bisa menyusun strategi yang pas dalam merekrut lulusan-lulusan terbaik dari perguruan tinggi.
Jumat 12 April 2013 kemarin adalah hari yang membahagiakan. Tim NextIn Futura berhasil menjadi juara Imagine Cup Indonesia 2013 untuk kategori World Citizenship. Tim yang beranggotakan mahasiswa Prodi Teknologi Informasi JTETI UGM dan Prodi Ilmu Komunikasi Fisipol UGM, semuanya angkatan 2010, pada akhirnya bisa meraih posisi tertinggi dalam lomba tersebut.
Minggu ini saya menjalankan tugas mengajar di Program S2 CIO di Universitas Negeri Padang. Mengajar di UNP ini unik, karena selalu penuh dengan fun. Betapa tidak, sejak sebelum berangkat ke Padang, saya sudah ditanyai beberapa mahasiswa,”Pak Lukito mau jalan-jalan ke mana?” Kadang saya bingung sendiri, ini mau kuliah kok yg ditanyakan soal jalan-jalan.