Pembimbing adalah orang lain yang paling berpengaruh selama mahasiswa menjalani risetnya. Pembimbing adalah mitra yang mengarahkan, memotivasi, memperkaya wawasan, dan mengoreksi kesalahan. Pembimbing bahkan bisa menentukan hasil akhir studi mahasiswa, karena dialah yang memutuskan kapan riset S3 bisa diakhiri. Dia pula yang memilih penguji-penguji dalam ujian akhir. Karena perannya yang vital ini sebaiknya baik mahasiswa maupun pembimbing saling kenal dahulu sebelum memulai interaksinya.
Proses pemilihan pembimbing seharusnya sudah dimulai sejak sebelum melamar sekolah. Perjumpaan antara mahasiswa (saat itu statusnya masih calon mahasiswa) dengan calon pembimbing biasanya didasari oleh kesamaan bidang atau minat riset. Pada umumnya calon mahasiswa yang mencari pembimbing yang sesuai dengan bidang atau minat risetnya, tetapi ada kalanya justru sang profesor yang mencari mahasiswa untuk dibimbing (biasanya dalam konteks proyek penelitian sang profesor).
Kesamaan bidang atau minat akan sangat membantu mahasiswa dalam menjalankan risetnya. Diskusi-diskusi bisa dilakukan dengan lebih mudah karena kedua pihak sudah berada dalam domain pemahaman yang sama. Selain itu, komunitas yang terkait dengan pembimbing juga bisa dimanfaatkan. Pembimbing punya teman sesama periset, punya mahasiswa bimbingan lainnya, semua bekerja pada bidang yang sama. Jika dimanfaatkan dengan baik, komunitas ini bisa menjadi kumpulan sumber daya yang bisa membantu proses riset yang dijalankan.
Perjumpaan pertama kali dengan pembimbing bisa terjadi dengan berbagai cara. Calon mahasiswa bisa minta tolong kepada teman yang sedang bersekolah di universitas tujuan untuk dicarikan dosen yang cocok bidangnya dan dipertemukan dengannya. Cara ini sering dilakukan untuk program sekolah ke luar negeri. Cara ini sangat efektif karena teman yang dimintai tolong bisa dengan cepat mencari calon pembimbing yang cocok dan memberikan saran-saran tertentu yang diperlukan dalam berkomunikasi dengan dosen calon pembimbing tersebut.
Sering kali calon mahasiswa tidak punya teman yang bisa dimintai bantuan. Dia tidak punya proxy ke perguruan tinggi tujuan, sehingga dia harus mencari sendiri informasi tentang dosen yang bisa diminta menjadi pembimbingnya. Dalam kondisi ini, Web menjadi andalan. Informasi yang tercantum di situs Web perguruan tinggi biasanya cukup memberikan informasi tentang dosen-dosen dan minat risetnya. Dari sinilah proses “berburu” pembimbing dimulai.
Calon mahasiswa perlu memulai kontak dengan memperkenalkan diri dahulu. Kontak bisa dilakukan melalui e-mail. Pada email pertama, calon mahasiswa perlu menceritakan tentang siapa dia, institusi afiliasinya, bidang risetnya, topik riset yang akan dikerjakan untuk program S3, dan menyampaikan keinginannya untuk menjadikan dosen tersebut sebagai pembimbing. Jika dosen tersebut tertarik, biasanya dia akan bertanya lebih lanjut, terutama tentang riset yang akan dikerjakan. Komunikasi ini perlu dilanjutkan sampai dosen tersebut menyatakan bersedia untuk membimbing atau menolak permintaan calon mahasiswa. Peliharalah komunikasi ini dan manfaatkan untuk menggali hal-hal lain yang terkait dengan rencana penelitian, misalnya pandangan dosen tentang target riset, kemungkinan arah-arah riset, atau hasil yang diharapkan. Informasi tentang hal-hal ini dapat memberikan gambaran tentang sifat dan ciri sang dosen, juga ekspektasinya terhadap riset yang akan dijalankan mahasiswa.
Setelah dosen menyatakan setuju menjadi pembimbing, jangan lupa meminta surat rekomendasi yang menyatakan persetujuannya. Rekomendasi calon pembimbing menjadi syarat penting dalam aplikasi beberapa program beasiswa (misalnya, ADS).
Situasi yang dihadapi calon mahasiswa dalam memilih pembimbing tidak selalu ideal. Kadang-kadang mahasiswa harus masuk ke sebuah jurusan atau program studi yang bidang risetnya tidak sama dengan bidang yang mewadahi topik yang akan diteliti. Akibatnya kadang-kadang juga tidak ada calon pembimbing yang bidangnya cocok dengan bidang riset calon mahasiswa. Bagaimana menyikapi situasi seperti ini? Jawabnya terpulang pada calon mahasiswa, seberapa mampu ia dapat menjalankan risetnya secara mandiri.
Seperti diketahui, riset S3 adalah kegiatan yang memerlukan kemandirian tinggi. Jikapun ada pembimbing, maka peran pembimbing hanyalah mengarahkan, bukan membantu menjalankan riset. Dalam perjalanan riset, mahasiswa akan menemui banyak situasi yang memerlukan pengambilan keputusan ilmiah (scientific decision making). Ada saat mahasiswa dihadapkan pada beberapa pilihan. Ada saat mahasiswa melihat tidak ada jalan yang jelas di depannya. Contohnya misalkan mendefinisikan problem dan tujuan riset, menentukan lingkup dan batasan riset, memilih metodologi riset, menentukan peralatan eksperimen, dan memilih tool untuk analisis data. Keputusan-keputusan ilmiah ini akan menjadi milestones dalam penelitian mahasiswa, dan sepenuhnya harus ditentukan oleh mahasiswa sendiri. Tidak ada campur tangan pembimbing dalam hal-hal tersebut, kecuali arahan-arahan yang bersifat umum.
Semakin berbeda bidang atau minat riset pembimbing dari bidang riset mahasiswa, semakin umum pula saran atau arahan yang bisa diberikan. Di sinilah kemandirian mahasiswa diperlukan. Yang paling menentukan adalah seberapa berani dia dalam mengambil keputusan tanpa dukungan yang maksimal dari pembimbingnya. Semakin mandiri mahasiswa, semakin dia tidak tergantung pada pembimbingnya.
Melakukan riset di bawah pembimbing yang berbeda bidang tidaklah selalu jelek. Dengan kemandirian yang tinggi, mahasiswa bisa secara otonom mengeksplorasi area-area yang belum diketahuinya. Selain menambah pengetahuan, eksplorasi ilmiah ini juga bisa mengobati dahaga keingintahuan (curiousity) yang biasa menghinggapi para peneliti. Ada reward non-material berupa kepuasan batin yang sangat menjanjikan jika rasa ingin tahu dapat dijawab melalui kemandirian dan otonomi yang tinggi.
Jadi kesimpulannya, jika mahasiswa merasa yakin dengan kemandiriannya dalam menjalani riset dan siap untuk menghadapi berbagai halangan dan kendala tanpa bantuan yang berarti dari pembimbing, jangan mundur jika misalnya pembimbing tidak memiliki bidang riset yang sama dengan anda. Justru kesempatan ini bisa digunakan untuk melatih dan memanjakan intelektualitas dalam mengeksplorasi sisi-sisi baru ilmu pengetahuan. Mahasiswa tidak perlu khawatir, karena dengan komunikasi yang baik dan pemanfaatan teknologi informasi yang memadai, bantuan bisa diperoleh dari berbagai sumber yang lain.